Jumat, 01 Agustus 2008

ISLAM DIBALIK KONFLIK DARFUR


Seorang komandan berpangkat tinggi yang mempersenjatai dan memimpin pasukan milisia Arab Janjawid dalam serangan2 terhadap ratusan desa di Darfur telah mengakui perbuatannya. Dia mengatakan bahwa dia melakukan hal itu atas perintah Pemerintah Islam Sudan.
Para ahli hukum penuntut dari Pengadilan Kriminal Internasional (International Criminal Court) hari ini diharapkan akan mengambil keputusan penting dalam upaya menyeret pemimpin2 Sudan ke pengadilan dengan mengajukan bukti2 terhadap Presiden Sudan yakni Omar Hassan al-Bashir.

Sewaktu para ahli hukum menyusun perkara melawan para pemimpin Sudan di Khartoum, beberapa bukti pembunuhan oleh Pemerintah Sudan yang paling menjatuhkan datang dari Arbab Idries, yang menjadi komandan tentara di tahun 2003-2007.

Diperkirakan 300.000 orang kulit hitam Afrika mati dalam pembantaian ras negro di Darfur oleh milisia Arab. Amerika Serikat menggolongkan hal ini sebagai genosida. Sekitar 2,5 juta pengungsi harus meninggalkan rumah2 mereka.

Dalam wawancara yang ditayangkan TV Inggris malam ini, Pak Idries menjabarkan bagaimana dia ditugaskan oleh pejabat senior Pemerintah untuk merekrut orang2 Arab Islam dari Sudan Utara, dan dia sendiri memimpin 5.000 pasukan berkuda untuk membantai orang2 negro Sudan Selatan yang non-Islam.



Dia mengakui bahwa tentara di bawah kekuasaannya melakukan perkosaan2 dan pembunuhan atas orang2 tua dan anak2. “Kami menyerang desa2 yang hanya berpenghuni orang2 negro,” kata Pak Idries.
“Mereka semua adalah warga sipil. Mereka tidak punya senjata.”

Pemerintah Khartoum selalu menyatakan bahwa pembantaian adalah karena pertentangan antar suku di daerah terpencil yang tidak terjangkau Pemerintah. Tapi pengakuan rinci dari Pak Idries tentang usaha pembantaian merupakan bukti yang sangat kuat terhadap Pemerintah Sudan. Setelah keluar dari rezim Sudan, dia melarikan diri ke luar negeri dan sekarang bersembunyi dan mencoba bernegosiasi dengan pihak pengacara penuntut internasional.

Dia mengaku muak dengan pembantaian2 itu, tapi tampaknya dia takut dijadikan kambing hitam karena manuver politik dalam rezim Sudan. Laporan2 dari Khartoum menunjukkan bahwa para pejabat senior semakin takut terhadap tekanan internasional yang berusaha menyeret pelaku kriminal perang. Hal ini tampaknya akan membuat mereka nantinya mencari kambing hitam.

Dengan semakin dekatnya keputusan pengadilan internasional, pihak Pemerintah Sudan tampak semakin marah. Juru bicara Sudan di PBB berkata segala tuntutan hukum terhadap Presiden Sudan akan dianggap sebagai “tindakan kriminal.” Orang2 Barat di Khartoum saat ini berjaga-jaga akan kemungkinan terjadinya serangan balas dendam.

Pengakuan Pak Idries mengerikan dan sekaligus meyakinkan karena menyatakan keterangan rinci dari kebuasan pasukan Arab Muslim berkuda yang sangat benci orang2 negro Darfur. Perbuatan mereka juga menunjukkan rencana matang usaha pemberantasan rasial.

Dia berkata, “Kalau kita masuk suatu desa, kita lalu akan merampok dan menjarah apapun sebanyak mungkin. Kami masukkan pasir ke dalam sumur dan lalu menutupnya. Kami potong pepohonan dan bakar desa2. Pokoknya kami ingin memaksa masyarakat kabur dari daerah2 mereka dan kami memastikan mereka tidak bisa lagi balik kembali untuk hidup di tempat itu."



Foto2 bareng dong wahai penjarah, penjajah, pemerkosa, penghancur, pembunuh, perampas, perusak, perampok ... kalian telah bersunnah nabi persis seperti junjunganmu.

Tidak ada komentar: